Etika Pergaulan dalam Islam

Etika Pergaulan dalam Islam

Islam merupakan agama yang mengajarkan pengikutnya berbagai dasar dalam menjalani kehidupan didunia, juga untuk menyiapkan diri di akhirat. Islam tidak semata mengenai ibadah yang sifatnya kepada Allah, tetapi juga ibadah yang sifatnya pergaulan kepada sesama manusia, Hablumminannas. Berikut Etika Pergaulan dalam Islam.

Mengingatkan dan Takut kepada Allah

Seorang hamba hendaknya selalu mengingatkan akan Allah kepada saudara-saudaranya dalam setiap pergaulan dengan mereka, dalam jual beli, dalam majlis ilmu, dalam bercengkerama, dalam rumah tangga dan lain-lain. Mengingatkan akan Allah akan membuat Allah ridha dan cinta kepada Anda. Selanjutnya Allah akan membuat orang lain mencintai Anda. Ketika Allah mencintai seorang hamba, Allah akan memanggil Jilbril dan berkata kepadanya,

“Aku mencintai seseorang, maka cintailah dia. Jibril pun mencintainya dan meletakkan kemudahan kepadanya di dunia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah telah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan kelak Allah Yang Maha Pengasih akan menjadikan kasih sayang untuk mereka.” (QS. Maryam : 96) Yaitu dengan menanamkan kasih sayang di hati orang lain untuk orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan.

Jadi, mengingatkan akan Allah sangat berguna bagi orang-orang beriman. Orang yang hendak berbuat curang atau menipu, jika diingatkan akan Allah, sangat mungkin ia akan membatalkan niatnya itu, jika masih beriman kepada Allah. Allah berfirman, “Dan tetaplah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan memberi manfaat.” (QS. Adz-Dzariyat : 55)

Perhatikanlah ucapan Musa a.s ketika mengadakan perjanjian dengan seorang hamba saleh untuk menjadi pekerja. Musa berkata kepadanya, “Itulah (perjanjian) antara aku dan engkau. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku. Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan.” (QS. Al-Qashash : 28)

Perhatikanlah ucapan Rasulullah SAW, ketika beliau mengingatkan akan Allah, “Katakanlah, ‘Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dialah Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui.’ “ (QS. Saba’ : 26)

Perhatikanlah firman-Nya, “Allah  lah Tuhan kami dan Tuhan kalian. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kalian amal-amal kalian. Tidak ada gunanya perdebatan antara kami dan kalian. Allah akan mengumpulkan kita dan kepada-Nya lah kita kembali.” (QS. Asy-Syura: 15)

Kemudian bacalah firman Allah, “Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, ‘Sesungguhnya aku (pasti) akan mengerjakan itu besok.’ Kecuali (dengan menyebut) insyaAllah dan ingatlah Tuhanmu jika engkau lupa.” (QS. Al Kahf: 23-24)

Orang yang Akan Berbuat Jahat Diingatkan kepada Allah

Etika pergaulan dalam Islam berikutnya adalah mengingatkan sahabat kita akan Allah agar terhidar dari berbuat jahat.

Perhatikanlah ucapan putra Adam kepada saudaranya, “Sungguh, jika engkau menggerakkan tanganmu untuk membunuhku, aku sama sekali tidak akan menggerakkan tanganku untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan seru sekalian alam.” (QS. Al-Maidah : 28)

Begitu juga dengan ucapan Maryam kepada orang yang diduga akan menganiaya dirinya, “Maryam berkata, ‘Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, jika engkau orang yang bertakwa.’ “ (QS. Maryam : 18)

Ucapan Musa a.s kepada para tukang sihir, “Musa berkata kepada mereka, ‘Celakalah kalian. Jangan membuat-buat kedustaan terhadap Allah. Dia akan membinasakan kalian dengan siksa. Sesungguhnya orang yang mengada-ada kedustaan akan merugi.’ “ (QS. Thaha : 61)

Dari Qabus ibn Mukhariq, dari ayahnya, “Seseorang datang kepada Nabi SAW, lalu dia berkata, ‘Ada orang datang kepadaku dan menginginkan hartaku.’ Beliau berkata, ‘Ingatkanlah kepada Allah.’ Dia berkata, ‘Jika dia tidak mengingat.’. ” (HR. Nasai dan Ahmad)

Ketika Terjadi Permusuhan Ingatkan kepada Mereka tentang Allah

Dari Ummu Salamah r.a, “Rasulullah SAW berkata, ‘Jika terjadi konflik di antara kalian dan kalian melaporkannya kepadaku, mungkin sebagian kalian lebih baik dalam beralasan dan berbicara. Dan aku akan memutuskan sesuai dengan apa yang aku dengar darinya. Jika dengan pengakuannya itu aku memutuskan suatu hak untuknya dari saudaranya, maka janganlah dia mengambil hak itu (jika dia ternyata berbohong dengan ucapannya). Sesungguhnya (itu berarti) aku memutuskan untuknya potongan api neraka.’ “ (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Abbas r.a, “Hilal ibn Umayah menuduh istrinya berzina, lalu dia datang dan bersumpah li’an di hadapan Rasulullah SAW. Kemudian beliau berkata, ‘Sesungguhnya Allah mengetahui bahwa salah seoarang dari kalian telah berbohong. Apakah ada yang ingin bertobat?’ Kemudian istrinya berdiri lalu bersumpah.” (HR. Bukhari)

Selalu Menyebut Allah

Etika pergaulan dalam Islam berikutnya adalah Selalu menyebut Allah dalam perkataannya.

Siapa yang membutuhkan kalimat di mana Anda akan mendapatkan kebaikan dengan kalimat itu, maka berikanlah kalimat “Allah” kepadanya.

Siapa yang membutuhkan kalimat di mana Allah akan memaafkan Anda karena kalimat itu, maka sampaikan kepadanya kalimat “Allah”.

Siapa yang membutuhkan untuk ingat kepada Allah, maka ingatkanlah dia.

Siapa yang membutuhkan kalimat di mana Allah akan memberkati Anda dengan kalimat itu, maka katakanlah kalimat “Allah” untuknya.

Jika Anda marah, maka katakan, “Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.”

Jika Anda masuk rumah, maka sebutlah Allah dan ucapkanlah salam kepada keluarga Anda.

Jika Anda makan atau minum, sebutlah nama Allah.

Jika Anda selesai dari makan dan minum, baca, “Alhamdulillah.”

Jika Anda melihat nikmat Allah pada diri, baca, “MasyaAllah la quwwata illa billahi.”

Ingatkanlah masyarakat dengan hadis-hadis berikut ini:

“Allah akan selalu menolong hamba selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim)

“Orang yang merendahkan diri terhadap Allah, maka Allah akan mengangkatnya.” (HR. Muslim)

“Siapa yang tidak menyayangi sesamanya, niscaya Allah tidak menyayanginya.” (HR. Muslim)

Dan hadis-hadis lainnya yang berisi tentang ingat Allah.

Katakanlah kepada seseorang :

Bersedekahlah dari apa yang Allah berikan kepada Anda!

Berbuat baiklah, niscaya Allah akan berbuat baik kepada Anda!

Kasihilah, niscaya Allah akan mengasihi Anda!

Ajarkanlah ilmu kepadaku, sebagaimana Allah mengajarkannya kepada Anda!

Permudahlah, maka Allah akan memudahkan Anda!

Allah akan mengampuni Anda.

Allah akan memaafkan Anda.

Tutuplah aib orang lain, maka Allah akan menutupu abi Anda!

Dan kata-kata lainnya yang baik, yang menyenangkan hati dan menenteramkannya.

Ingatlah Akhirat

Etika pergaulan dalam Islam berikutnya adalah Mengingatkan akan akhirat. Mengingatkan akan akhirat akan membuat seseorang menjadi sabar dalam menghadapi masyarakat, sabar menghadapi gangguan mereka dan sabar menghadapi kebodohan mereka.

Mengingatkan akan akhirat akan membuat seseorang banyak melakukan kebaikan untuk dipersembahkan ke hadirat Allah. Di sisi lain dia akan menghidarkan dirinya dari mengharap apa yang ada di tangan orang lain.

Mengingatkan akan akhirat juga akan mendorong seseorang untuk memaafkan orang lain, bersikap toleran, berkata baik dan berakhlak baik. Semua itu merupakan buah dari mengingat akhirat.

Keyakinan yang benar akan mendorong kepada perbuatan baik dan keyakinan yang salah akan mendorong kepada perbuatan salah. Jika Anda yakin bahwa disana ada surga dan neraka, maka Anda akan melakukan perbuatan-perbuatan yang membuat Anda masuk surga dan menghindarkan Anda dari neraka. Perbanyaklah mengingat akhirat dengan segala betuk kedahsyatannya.

Allah mengkhususkan para Nabi untuk lebih banyak mengingatkan akan akhirat. Allah berfirman tentang beberapa Nabi, “Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka akhlak yang tinggi, yaitu) selalu mengingatkan (manusia) tentang negeri akhirat.” (QS. Shad : 46)

Sebagian besar ayat-ayat dalam Al Quran di dalamnya terdapat peringatan akan akhirat, baik di ujung ayat atau di tengah – tengah ayat. Bahkan beberapa surah dikhususkan bercerita tentang akhirat dan dinamakan dengan nama akhirat, seperti sudah Al-Qiyamah, al-Ghasyiah, al-Waqi’ah, al-Haqqah, al-Qari’ah, al-Jatsiyah, at-Taghabun, an-Naba`, at-Takwir, al-Infithar, al-Insyiqaq, dan al-Zalzalah.

Hukum-hukum yang ada di dalam al-Quran pun sering diakhiri dengan peringatan akan akhirat. Setelah Allah berfirman tentang larangan riba dan anjuran untuk mempermudah orang yang dalam kesulitan, Allah meneruskan dengan, “Dan peliharalah diri kalian dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kalian dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna atas apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya.” (QS. Al-Baqarah:245)

Allah juga berfirman, “Barangsiapa memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik (mendermakan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya lah kalian dikembalikan.” (QA. Al-Baqarah : 245)

Perhatikan ayat tentang perceraian, “Apabila kalian mencerai istri-istri kalian, lalu habis masa iddahnya, maka janganlah kalian (para wali) menghalangi mereka untuk menikah dengan calon suami-suaminya ketika mereka saling rela dengan cara yang baik. Itulah yang dinasihatkan kepada orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir di antara kalian.” (QA. Al-Baqarah: 232)

Perhatikan firman Allah, “Kecelakaan besar bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka menuntut untuk dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidak tahukah orang-orang itu bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari besar. (Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Muthaffifin:1-6)

Jika para pelaku kecurangan itu yakin bahwa mereka akan dibangkitkan pada hari Kiamat untuk menghadap Tuhan semesta alam, niscaya mereka tidak akan melakukan kecurangan dalam takaran atau timbangan. Namun keyakinan mereka terhadap hari Kiamat lemah, sehingga keyakinan yang lemah tersebut menolong mereka untuk berbuat kecurangan dalam takaran atau timbangan.