Debat Demi Kebenaran, Tinggalkan Pertengkaran

Debat Demi Kebenaran, Tinggalkan Pertengkaran

Islam memperbolehkan Debat Demi Kebenaran, Tinggalkan Pertengkaran. Sebelum menjadi pertengkaran, tinggalkan lah, walaupun kita benar.

Allah berfirman, “Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan cara yang bijak dan tutur kata yang santun. Debatlah mereka dengan alasan yang lebih baik.” (QS. An-Nahl: 125)

Allah berfirman, “Jangan kalian mendebat Ahli Kitab, kecuali dengan alasan yang lebih baik.” (QS. Al-Ankabut: 46)

Allah menceritakan tentang ucapan kaum Nabi Nuh kepada Nabi Nuh, “Hai Nuh, engkau telah berbantah dengan kami dan engkau telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami.” (QS. Hud: 32)

Akan tetapi, jika perdebatan sudah mendekati pertengkaran, maka hentikanlah. Rasulullah SAW bersabda, “Aku adalah kepala rumah di tengah surga yang disediakan untuk mereka yang meninggalkan pertengkaran, walaupun dia benar.” (HR. Abu Daud)

Rasulullah SAW datang ke rumah Ali dan Fatimah, kemudian membangunkan keduanya untuk shalat malam. Kata Ali, “Jiwa kami ada di tangan Allah.” Mendengar itu Rasulullah pergi meninggalkan Ali sambil memukul pahanya dan berkata, “Manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (QS. Al-Kahfi: 54)

Ketika orang-orang musyrik datang dan mendebat Rasulullah SAW tentang takdir, beliau tidak terpancing oleh pembicaraan mereka. Kemudian turunlah ayat Allah, “Rasakanlah sentuhan api neraka. Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran (kadar).” (QS. Al-Qamar: 48-49) Jangan membuka pintu perdebatan untuk masalah ini (takdir), karena Allah tidak bisa ditanya atas kebijakan-Nya, justru merekalah yang akan ditanya.